HMI Mataram Bantah Pernyataan Sesat Cak Imin : HMI Organisasi Terhormat Dan Menghargai Proses

Pernyataan Muhaimin Iskandar (alumni PMII) dalam forum pelantikan IKA PMII yang menyebut bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) “tidak tumbuh dari bawah” adalah klaim yang tidak hanya keliru secara historis, tetapi juga menyesatkan serta merendahkan perjuangan panjang salah satu organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia.

Pernyataan tersebut merupakan bentuk pengingkaran terhadap sejarah dan fakta. Saya, sebagai kader HMI Cabang Mataram, menyayangkan ucapan tersebut. Ucapan seperti ini bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga mencederai marwah organisasi yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa.

HMI bukan sekadar organisasi mahasiswa, melainkan gerakan intelektual dan moral yang telah menyatu dengan denyut nadi masyarakat. Kita perlu mengingat apa yang pernah disampaikan oleh Lafran Pane, pendiri HMI:

“HMI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.”

Pernyataan itu menjadi fondasi perjuangan HMI—lahir dari keresahan sosial, tumbuh dalam dialektika pemikiran, dan mengakar dalam semangat perubahan. Saya menolak tegas segala bentuk narasi yang mencoba melemahkan semangat independensi dan integritas perjuangan kader HMI di seluruh Indonesia.

Sejak berdiri pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta, HMI hadir sebagai respons terhadap kebutuhan mahasiswa untuk ambil bagian dalam perjuangan nasional. Berlandaskan nilai-nilai Islam dan keindonesiaan, HMI tumbuh dari bawah—dari ruang-ruang diskusi mahasiswa, dari semangat membela rakyat kecil, dan dari kepedulian terhadap ketimpangan sosial.

HMI bukan produk elite politik atau hasil rekayasa kekuasaan. Ia lahir dari denyut nadi rakyat dan realitas sosial di masa itu.

Pernyataan sesat Muhaimin Iskandar bahwa HMI tidak tumbuh dari bawah sama saja dengan mengabaikan ribuan kader yang selama puluhan tahun berproses dan berjuang di akar rumput, di kampus, desa, kota-kota kecil, membina masyarakat, melawan ketidakadilan, dan memperjuangkan perubahan lewat jalur intelektual dan sosial.

Pertanyaannya: apakah perjuangan yang dilakukan kader HMI tanpa sorotan media dan tanpa kepentingan politik, tidak cukup layak disebut sebagai gerakan dari bawah?

Pernyataan Muhaimin ini mencerminkan ketidakpahaman terhadap sejarah gerakan mahasiswa—atau bahkan lebih jauh, bisa dibaca sebagai bentuk kepanikan terhadap kekuatan moral yang tetap kritis dan independen hingga hari ini. Maka wajar jika kita bertanya: apa motif di balik pernyataan tersebut? Apakah ini bentuk kecemasan terhadap gerakan mahasiswa yang tidak bisa dikendalikan oleh kepentingan politik sesaat?

Sebagai bagian dari masyarakat sipil yang menjunjung tinggi intelektualitas dan integritas sejarah, kita harus menolak segala upaya untuk mendistorsi peran dan kontribusi HMI. Kritik boleh, bahkan penting. Namun hendaknya dibangun atas dasar fakta, bukan opini serampangan yang merendahkan perjuangan kader HMI.

HMI telah melahirkan banyak tokoh bangsa dari berbagai sektor dan generasi. Mereka tumbuh dari bawah dari semangat pergerakan yang konsisten, dari pembentukan karakter, dan dari pengabdian langsung kepada masyarakat. Menafikan hal itu sama saja dengan menutup mata terhadap kontribusi besar HMI bagi bangsa ini.



Share and Enjoy !

Shares

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.