Portalmadani.com || Mataram — Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Mbojo Bima menggelar aksi demonstrasi untuk menyampaikan tuntutan terkait harga jagung yang dinilai tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang seharusnya berlaku.  

Aksi yang dilakukan di kawasan pusat kota Bima ini bertujuan untuk mengingatkan pemerintah agar segera mengontrol harga komoditas jagung, mengingat petani semakin terhimpit oleh ketidakpastian ekonomi akibat permainan pasar dan kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada mereka.  

Namun, di tengah berlangsungnya aksi, terjadi insiden yang tidak seharusnya terjadi. Aparat kepolisian dari Polres Bima Kota diduga melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa yang tengah menyampaikan aspirasinya. Bentrokan yang terjadi di lapangan mengakibatkan beberapa mahasiswa mengalami luka, termasuk luka di bagian wajah.  

Menyikapi hal tersebut, Afriansyah putra Kordinator Bali Nusra (Kornus) BEM Nusantara (Eks Presma Unmbo 2023/2024), mengecam keras tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap mahasiswa Universitas Mbojo Bima. Ia menegaskan bahwa penyampaian aspirasi adalah hak setiap warga negara yang dilindungi oleh undang-undang, dan segala bentuk tindakan represif hanya memperburuk citra demokrasi serta semakin mempersempit ruang bagi rakyat untuk berbicara.  

” Kami mengutuk keras tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Mahasiswa hadir sebagai suara rakyat dan seharusnya diberikan perlindungan, bukan dihadapkan pada kekerasan, ” ujar Putra.

BEM Universitas Mbojo Bima bersama elemen gerakan mahasiswa lainnya berencana akan melakukan konsolidasi lebih lanjut untuk memastikan aksi dan tuntutan ini terus dikawal. Mereka juga menyerukan agar aparat kepolisian bertindak secara profesional dalam mengawal aksi demonstrasi tanpa melakukan kekerasan terhadap mahasiswa.