Lakei di Persimpangan; Antara Pesona Pariwisata atau Ambisi Tambang

Portalmadani.com || Mataram — Pantai Lakey di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, bukan sekadar bentang alam ia adalah panggung dunia bagi para peselancar internasional. Ombaknya yang bertaraf global telah menorehkan nama NTB di peta olahraga air dunia, menjadi potensi unggulan yang semestinya dikembangkan dengan visi pariwisata berkelanjutan.
Festival Pantai Lakei yang digelar adalah bagian dari ikhtiar membangun kembali narasi kejayaan destinasi ini. Namun, geliat ini justru terancam oleh diamnya negara menghadapi persimpangan kepentingan.
Di balik geliat pariwisata, tersimpan ironi yang tak bisa dibungkam. Jalur yang sama yang membawa wisatawan ke Lakei adalah jalur yang juga mengangkut kepentingan industri tambang emas PT STM. Hanya berbatas bukit dan laut, konflik laten antara kelestarian dan eksploitasi perlahan menjelma nyata.
Pemerintah pusat dan provinsi tampaknya hendak memainkan dua kaki dalam satu sepatu: menjual citra wisata sambil diam-diam membuka ruang eksploitasi tambang. Sebuah pilihan yang dalam jangka panjang akan menuntut ongkos ekologis, sosial, dan ekonomi yang tidak kecil.
Pertanyaannya kini bukan soal potensi mana yang lebih menjanjikan secara instan, melainkan pilihan visi jangka panjang: apakah NTB ingin dikenal sebagai episentrum wisata kelas dunia atau sebagai wilayah konsesi tambang yang menggerus masa depan?
Penelitian global telah menunjukkan bahwa kawasan wisata pesisir yang berkembang secara lestari menghasilkan multiplier effect ekonomi yang jauh lebih merata dibandingkan tambang yang eksploitatif dan berumur pendek.
Maka, sudah saatnya pemerintah berhenti bersikap netral. Netralitas dalam situasi konflik kepentingan semacam ini bukanlah kebijakan bijak, melainkan bentuk pengabaian tanggung jawab. Lakei tidak butuh retorika, melainkan keberpihakan tegas: antara mempertahankan pusaka laut untuk generasi atau menjualnya kepada kekuatan modal tambang. Sebab pada akhirnya, kita tidak bisa berselancar di atas tanah gersang dan laut yang tercemar sianida.